Selasa, 14 Agustus 2018

Pelarianku - Soktavia

Pelarianku

Prolog

Teruntuk kamu yang telah mau dengan ku, terima kasih karena sudah mau.

Jangan menginginkan ku kembali, kumohon. Karena itu hanya akan menyakiti dirimu saja.
Aku tidak pandai mencintai jadi, jangan mau dengan ku.
Tinggalkan aku seperti pria sebelum kamu. Aku bahagia dengan dia yang aku cintai meski harus terus dilukai.

Untuk mu orang ketiga,
Jangan berfikir aku mencintai mu,
Jangan berfikir aku menginginkan mu,
Jangan mau dengan ku,
Kumohon.

Throwback

"Udah sampai"
"Dua ribu"
"Lumayan buat bala bala"

Author

"Laura kamu tau ka Bara?" tanya Eka
"Yang tinggi itukan? Pacarnya teteh yang pake kacamata" jawab ku
"Ada salam dari ka Bara buat kamu" begitu kata Eka

Hari itu guru-guru sedang rapat jadi semua murid sudah pasti berkeliaran diluar kelas, termasuk aku. Aku selalu main mampir kekelas 12 IPA 2 yang letaknya disamping kelas ku, kebetulan aku kelas 12 IPA 1.

Percakapan ku tadi itu adalah percakapan yang memang tak begitu aku tanggapi, sebelumnya Eka itu adalah teman kelas ku sewaktu aku duduk dibangku kelas 11 IPA 2 dan sekarang kami sudah berpisah kelas.

Bara itu kaka kelas ku yang tak begitu aku kenal tapi aku tau dia. Dia tinggi, tidak tampan tapi menarik, dia sangat menyukai alam.

Ah lupakan itu,aku ini Laura kekasih Ivan. Aku mencintai Ivan meskipun tau dia selalu bersikap seenaknya kepadaku.

Biarlah ini menjadi urusanku.



"Ra liat si Ivan lagi herey sama cewe" sahut teman ku dari belakang (herey = bercanda)

Ah memang begitulah Ivan,dekat dengan semua orang dan terkadang bercanda berlebihan. Sebenarnya aku risih melihat Ivan dengan wanita lain tapi biarlah menurutku cinta itu harus memberi kebebasan,bukan penekanan.

Aku mempunyai gengsi yang sangat tinggi bahkan selama berpacaran dengan Ivan aku tidak pernah menyapa dia,atau pun tersenyum padanya.

Anehnya Ivan masih saja mau dengan ku, padahal semua temannya tidak menyukai sikapku yang jutek ini.

Kita samasama berlari,
Mencari pelarian,
Padahal kita tak sama-sama jatuh cinta, 
Tak sama-sama saling menginginkan, 
Kita hanya dua orang yang sama-sama patah  
hati dan butuh pengobatan, 
Pengobatan itu dinamakan cinta, 
Lalu bagaimana kita bisa saling mengobati 
jika kita tak sama-sama jatuh cinta? 
Bagaimana jika kita akhiri saja ini? 
Agar tak saling menanam luka dan tak saling  
tersakiti hanya karena tak saling mencinta.

Entah hari dan bulan apa itu terjadi tetapi seingatku hari itu disekolah sedang mengadakan acara.

Aku sempat bergabung duduk diantara anak kelas IPA 2, kami menonton antar kelas yang sedang berlomba futsal.

"Laura, itu Bara dibawah lagi main tenis meja" sahut Eka

Aku acuh dengan omongan Eka barusan, tapi aku sempat curi-curi pandang kearah ka Bara itu. Aku heran kenapa dia ada disekolah, ah bodo amat bukan urusanku.

Saat aku sedang menonton pertandingan antar kelas dari balkon atas depan kelas IPA 2 tiba-tiba saja ada seseorang berbisik kepadaku.

"Teh kata ivan kekelas bawah, ada yang harus diomongin" begitu katanya

Oh ternyata itu Fitri, rekan sekelas Ivan.

Aku hanya menggelengkan kepala kepada Fitri dan berkata "Siapa yang butuh?"
Kemudian Fitri pergi,tapi bukan menuju kearah kelasnya.

Aku hanya melihat Ivan dari balkon atas sembari menyadari bahwa Ivan sedari tadi memberi ku kode untuk menghampirinya. Tapi aku berlaga sok tidak tahu, aku sedang malas berdebat dan malas menangis.

Sore pun tiba, semua murid satu persatu mulai pulang.

Aku melihat Ivan sedang didepan ruang osis bersama selingkuhannya itu, mereka seperti akan pulang bersama.
Tapi aku harus berfikir positif, mungkin saja mereka hanya sedang membicarakan hal tidak penting.

Dan sebaiknya aku pulang saja, karena melihat Ivan hanya akan membuat aku terluka.

******************************************

Malam itu tiba-tiba saja seseorang mengirim pesan kepadaku melalui aplikasi yang kebetulan sedang populer.

Beberapa kali Bara mengirimi ku pesan tapi tak ku balas.

Jujur saja aku malas membalas pesan orang-orang yang tak penting bagiku.

Dan ketika beberapa hari dia masih saja mengirimi ku pesan dengan malas aku terpaksa membalas pesannya.
Dari hari itu pesan singkat yang tadinya aku abaikan sempat aku manfaatkan untuk menyurahkan kegalauan ku karena hubungan ku dengan Ivan yang tidak baik.

Untungnya dia mau mendengarkan semua keluh ku tentang Ivan,bahkan dengan tidak sungkan dia memberiku nasihat dan pengarahan.

Bara memang teman yang pas untuk dijadikan teman curhat tapi dia malah menganggapku lebih dari teman curhat.

Kadang aku kesal,
Bahkan terkadang aku tak membalas pesannya sama sekali,
Apalagi hanya untuk pertanyaan seperti "Sudah makan belum?"
"Sedang apa?"

Ah sangat tidak penting !

"Dunia itu sempit jangan mau dengan nya, dengan ku saja. Kau akan bahagia"

Ah sial,
Kalimat itu terngiang dikepala ku.

Bukankah dunia itu luas,bahkan duniaku lebih luas jika dibandingkan dengan Bara.

Saat aku sedang menggerutu sendiri sembari melamun karena kesal dengan Bara yang selalu menghubungi ku tiba-tiba saja ponsel ku berbunyi.

*tringgggg
*tringgggg
*tringgggg

"Halo" sapa ku ketika mengangkat telfon
"Hai" jawabnya dari sebrang telfon
"Siapa ya?" tanya ku memastikan
"Ini Bara" ucapnya

"Hah anak ini tahu dari mana nomor ponsel ku" gumam ku dalam hati

Menyebalkan,dia selalu menghalalkan segala cara agar bisa tahu segala tentang ku.

"Oh ada apa kang?"
"Kaka,jangan kang"
"Iya ka"
"Kenapa aku chat ceklis melulu?"
"Lagi off ka"
"Gak ada kuota ya? Kasian"
"Em" (Menyebalkan sekali dia ini)
"Sudah makan?"
"Sudah"
"Lagi ngapain?"
"Diem"
"Jutek banget,jangan jutek kasian ini kaka nya dijutekin melulu"
"Kan bukan siapa-siapa"
"Yaudah ayo pacaran"
"Hah"
"Ga denger ya"

Tidak tahu aku yang salah dengar atau memang begitu ucapnya,pokonya aku tidak mau tahu.
Aku langsung mematikan telfon dari bara itu karena tidak mau memperpanjang percakapan yang aneh itu.

Tidak lama setelah aku mematikan telfon tiba-tiba ponsel ku berbunyi kembali.

Sembari mendengus aku berkata "Pasti si Bara itu,menyebalkan"

Saat aku lihat ponsel ku yang terus berdering ternyata itu dari Ivan,astagaaa aku terkejut.

"Halo" sapa ku gemetar
"Dari tadi aku telfon ko sibuk terus?"

Terdengar suara yang lembut dengan gerakan nafas yang khas terdengar ditelinga ku,aku rindu suara ini.

"Hei,Lauraaaa"
"Eh iya van maaf mungkin sinyal"
"Kamu gak lagi telfon sama cowo lain kan?"
"Enggak lah"
"Tadi pulang sama siapa?"
"Sama mang angkot"
"Lain kali kalo pulang itu telfon aku"
"Kan kamu pulang bareng selingkuhanmu tadi"
"Kamu sudah makan?"

Kenapa harus memalingkan pembicaraan van? Aku ini menyindirmu hanya untuk menegaskan jika aku cemburu dan marah !

Ivan terlihat begitu tersinggung sepertinya atas ucapan ku tadi sampai dia marah dan tidak menelfon ku lagi,padahal aku ini benar melihat dengan mata kepalaku sendiri.

******************************************

Throwback

Selesainya ujian praktek Fisika,sore itu beberapa kelas XII IPA sudah pulang. Dan aku masih disekolah untuk membicarakan dan menanyakan persoalan uprak Fisika yang harus diulang oleh semua murid IPA.

Saat aku tepat berada dilapangan dekat mading sekolah tidak sengaja mataku tertuju kepada Ivan yang sedang berjalan menuju parkiran bersama selingkuhannya itu,mataku tak sedikitpun ku biarkan berkedip. Agar aku bisa memastikan apa mereka akan pulang bersama atau tidak.

Dan ternyata benar dugaanku,
Aku terkujur lemas kaki ku seolah tak berdaya untuk melangkah.
Aku berjalan menuju kelas yang letaknya dibawah tangga,semua orang yang memanggilku sudah aku acuhkan. Aku tidak peduli bagaimana nanti dengan tugas Fisika ku,aku sudah tidak peduli.

Hati ku sakit.

Didalam kelas aku langsung duduk dan menundukan kepala sembari menangis,sungguh ini menyakitkan sekali.

Aku lelah melihat diri sendiri yang tersiksa oleh cinta,tapi anehnya aku tak mau melepaskan Ivan.

Rasanya sulit melepas Ivan,meninggalkan Ivan malah akan membuat aku lemah dan tak mampu.
Jauh dari Ivan itu justru membuat ku semakin tersiksa,bahkan tidak menyentuh Ivan saja sudah membuat aku terluka.


Hidup ku menjadi sangat menyedihkan setelah datangnya Ivan dihidup ku,aku rela tersiksa hanya karena cinta.

Tapi berbanding lurus dengan hal itu, Ivan juga berhasil membuat aku takut kehilangan nya.

Ah siaaaaaaaaal.

Cinta memusingkan.

Bandung mencemaskan.

Dan rindu menyesakkan.

******************************************

Bandung, Senin 27 Februari 2017 .

"Ra......"
"Ini titipan dari Bara buat kamu"
Fadli rekan ku itu berjalan kearah ku sembari berteriak dan menunjukan sebuah kantong keresek berwarna putih.

"Ini apa?" tanya ku memastikan
"Gatau ini tadi Bara titipin ini suruh kasih kekamu" jelas Fadli
"Oh iya makasih" ucap ku

Fadli itu adalah teman dekatnya Bara, meskipun mereka ini beda angkatan tetapi mereka satu asrama. Kebetulan disekolah ku ini terdapat asrama nya juga.

Fadli setelah memberikan itu padaku langsung saja kembali menghampiri teman-temannya yang berada diparkiran dekat kantin,oh ya Fadli itu anak XII IPS jadi sebetulnya tidak begitu akrab dengan ku.

"Cieeeeee laura apa tuhhh"
"Eh kamu pacaran sama si Bara?"
"Ihhhh buka dongggg"

Ahhh aku malas seperti ini,
Semua teman ku yang berada disitu mengejek ku karena Bara.

Tapi karena penasaran aku coba membuka isi yang ada didalam kantong keresek itu, saat aku lihat ternyata itu sebuah misting dengan bungkusan khas bertuliskan FRIED CHICKEN.

Ah Bara baik sekali, tapi ini justru membuat aku teringat dengan Ivan yang setiap hari biasanya membawakan ku bekal nasi. Tapi sekarang sudah beda sudah tidak untuk ku,Ivan aku rindu.

Ivan, kau ingat hari ini ?
Hari jadi kita yang ke 9 , aku rindu.
Hari ini kamu tidak disekolah, bagaimana dengan Camping mu itu Van ? Apa menyenangkan ? Apa kamu memikirkan ku disana, seperti aku yang memikirkan mu disini ?
Ivan kau harus tahu, aku ingin kamu bukan Bara.

******************************************
Throwback


Oh tuhannnn
Ku cinta dia
Ku sayang dia
Rindu dia
Inginkan diaaaa
Utuhkan lahhh rasa cinta
Dihati kuuuu
Hanya padanyaa
Untuk diaa

Iringan musik dengan sedikit dukungan gerimis dipagi itu membuat aku rindu dengan Ivan, entah kebetulan atau apa tapi mengapa angkutan umum yang sedang aku naiki ini memutarkan lagu favorit ku dengan Ivan.

Pagi yang menyebalkan, berani-berani nya semesta membuat aku menjadi lemah dipagi hari hanya karena lagu yang disajikan dalam angkutan.

Rasanya ingin cepat turun dan sampai disekolah untuk mengakhiri kegalauan ini.

Mendengus tak karuan membuat aku tak sadarkan diri sampai-sampai angkutan yang sedang aku naiki itu sudah melewati sekolah ku,ah sangat sial aku harus berjalan jauh menuju sekolah.

Tak lama setelah turun dari angkutan kemudian aku mempercepat langkah ku agar tak kena hukuman karena telat sampai sekolah.

Sesampainya disekolah.

"Ra ini bomber, makasih ya. Udah aku cuci loh" gumam riska rekan sekelas ku.

Bomber itu milik ku, milik aku dan Ivan. Oh bukan, maksudku kami memiliki bomber berwarna maroon. Lebih tepatnya couple.

Riska itu meminjam jaket ku karena beberapa hari yang lalu dia bercanda dengan Ali rekannya Ivan, Ali itu ketua osis disekolah ku.

Dengan terpaksa aku meminjamkan jaket ku agar Riska tidak terlihat basah kuyup karena disiram air oleh Ali.

Oh ya saat aku meminjamkan jaketku kepada Riska, teman ku Caca sempat berkata "Ra kamu jangan pinjemin jaket couple itu keorang lain, nanti kalo jaket yang si Ivan dikasih pinjem kecewe tau rasa deh tuh"

Menyebalkan sekali bukan ?
Entah itu kutukan atau sindiran tapi aku acuh dengan kata-kata Caca tadi.

Kembali ke awal part 5

Cukup lama sebenarnya menunggu giliran untuk melaksanakan ujian praktek saat itu, sampai aku merasa lelah dan bosan disekolah. Belum lagi Ivan yang tidak ada disekolah membuat aku semakin merasa tidak betah.

Berjalan menuju halte aku memegang erat jaket yang Riska pinjam tadi, rasanya rindu sekali dengan Ivan.

Selamat hari jadi Ivan,
Aku rindu,
Kembalilah kepelukan ku,
Kabari aku secepatnya,
Jangan begini,
Aku tersiksa.

"Hei" Sapa seseorang sembari melajukan motornya disamping ku.

Aku menoleh kearah nya, dan sempat terkejut.
"Eh ka" Sapa ku sembari menghentikan langkah.
"Jalannya jangan sambil ngelamun, nanti kesambet" Ucap Bara meledek ku
"Ih kaka" ketus ku
"Ayo naik"
Bara tiba-tiba saja menarik tangan ku dan kemudian mengarahkan ku untuk menaiki motornya itu, tanpa meminta persetujuan ku Bara langsung saja melajukan motor nya.

Aku sangat gugup ketika dibonceng oleh Bara, aku bingung harus memulai percakapan atau sebaiknya tetap diam.

"Gimana sama nasinya tadi?" Tanya Bara memulai percakapan
"Ya gitu aja" Jawab ku singkat
"Suka gak?" Tanya Bara merayu
"Makasih" Ucap ku
"Ditanya ko malah bilang makasih, yaudah sama-sama" Begitu kata Bara

"Eh si Ivan itu pacar mu mana? Kenapa pulang sendiri? Sama selingkuhannya lagi?" Tanya Bara memulai percakapan kembali
"Apa sih ka" Ketus ku
"Ah kamu ini cantik-cantik mau aja dibegoin sama si Ivan yang playboy" Sindirnya lagi

Kenapa sih Bara selalu membuat aku kesal, Ivan itu baik Bar, kamu cuma tau Ivan selalu bikin aku nangis tapi Ivan baik. Sekali lagi aku tegasin Ivan itu baikkkkk !

"Udah sampai" Ucap Bara menyadarkan ku dari lamunan.

Aku turun dari motor Bara sembari menunggu dia berbicara karena aku malas memulai.

"Dua ribu" Gumam Bara bercanda
"Eh kirain gratis" Jawab ku
"Lumayan buat bala bala" Ucap Bara bercanda
"Nih" Kata ku sembari memberi uang
"Bercanda deh" gumamnya sembari tertawa kecil
"Kaya Dilan aja hahaha" Balas ku bercanda
"Iya Milea" Jawab bara serius sembari tersenyum

"Jangan lupa makan dan istirahat ya" Ucap nya lagi sembari melajukan motor.

Aku hanya membalas Bara dengan senyuman.

Terima kasih Bara, kamu menyebalkan tapi menyenangkan.
Terima kasih untuk hari ini Bara, hari jadi aku dan Ivan tapi kamu yang hibur aku.
Terima kasih bara, aku senang.

Malam ini cuaca sangat buruk,
Entahlah,
Entah cuaca atau justru hati ku yang berkeadaan buruk.

Resah,
Itu yang sedang aku rasakan saat ini.
Rindu,
Sungguh menyiksa.

Ivan, bagaimana kabar mu ?
Apa kau baik ?
Apa kau rindu ?
Apa kau ingat dengan ku ?

Suasana malam dengan rintikan hujan membuat aku merasa kaku dengan rindu, entah harus melupakan atau mencari tahu.

Gengsi memang mematikan, seharusnya aku tidak perlu gengsi untuk memulai percakapan dengan Ivan, toh Ivan adalah milik ku kekasih ku.
Tapi nyatanya rindu selalu mempergeluti masalah gengsi.

Menunggu memang menyiksa
Cinta memang membuat bodoh
dan Rindu memang hampir setengah merenggut nyawa ku,
Aku tak tahan,
Aku tak tahan,
Tolong,
Tolong,
Jangan begini,
Ini menyakitkan.

******************************************

21 : 25 WIB

" Kamu sudah makan ? " Tanya Bara melalui pesan Bbm
" Belum " Jawab ku singkat

Setelah pesan singkat yang ku kirimkan tadi, cukup lama Bara tidak membalas pesan ku. Aku fikir mungkin Bara ketiduran, atau sedang apa aku tidak tahu dan tidak mau tahu.

Aku malah justru menunggu Ivan mengabari ku, yang sedari tadi benar-benar tak ada kabar atau bahkan sekedar mengabari ku untuk pergi camping saja tidak.

Ini sungguh menyebalkan, kau harus tau itu Ivan !

Setengah jam kemudian tiba-tiba saja ponsel ku berbunyi, kebetulan aku sedang diruang tamu dan ponsel ku berada dikamar.
Aku langsung berlari untuk mencari tahu siapa yang menelpon ku malam-malam begini, apa mungkin Ivan ?

" Aku didepan rumahmu " Ucap seseorang melalui telpon tadi

Ah, tidak.

Sial.

Untuk apa Bara kerumah ?

Dia menghilang begitu saja setelah percakapan tadi dan sekarang tiba-tiba ada di depan rumah ku ?

Sangat menyebalkan !

" Iya, ada apa ka ? " Tanya ku sembari membuka gerbang dan menghampiri Bara
" Ini sate, untuk kamu " Ucap Bara " Jangan lupa dimakan ya " Ucap Bara melanjutkan.
" Tapi ka ? Akukan..... " Belum sempat menuntaskan ucapan ku Bara langsung bicara " Sudah ya aku pulang jangan lupa makan dan tidur, jangan makan sambil tidur " Gurau bara berpamitan
" Makasih ka " Ucap ku sembari tersenyum

Terimakasih Bara, kau ini bukan siapa-siapa untuk ku. Tapi selalu membuat ku merasa diistimewakan tanpa aku meminta.
Ah Bara, sayang sekali, aku tidak luluh dengan sikapmu.
Hati ku terlalu beku untuk Ivan.

Seharusnya dianniversary kemarin, itu menjadi sangat indah bersama Ivan bukan Bara.

Apa mencintai harus sesulit ini ?
Apa dunia harus menjadi rumit karena sebuah percintaan yang terdustai ?

Ivan, ku mohon.
Tetaplah disini, dihati ku, bersama ku.

Dikhianati, itu jauh lebih menyakitkan dari pada ditinggal karena kematian.
Jadi ku mohon, tetaplah bertegguh setia untuk ku.

Bara, tolong jangan menjadi baik untuk aku yang jahat. Jangan mencintai aku, yang tidak bisa sama sekali membalas cinta mu.
Ku mohon, cinta butuh waktu untuk tumbuh dan sembuh.

Jangan fikir mencinta dan mendua sama-sama mudah, tidak. Itu tidak benar, nyata nya mendua hanya akan menyakiti pihak lain. Seperti aku, aku yang tersakiti kerana terduai.

Kepergianmu, membuatku semakin cemas.Mimpi-mimpi tentangmu, tidak membuatku semakin membaik.Aku rindu, ingin bertemu, bukan dimadu.


Dear Ivan,
Hati ku sudah sangat teriris
Tolong jangan membuatnya semakin terluka dan menganga.


Esok harinya aku melakukan ujian praktek bahasa inggris hingga sore, menunggu giliran yang cukup lama dan membuat jenuh.
Hujan kala itu mendukung ketidak semangatanku melaksanakan ujian, murid kelas 10 dan 11 mengadakan acara menonton drama indonesia di luar sekolah. Sekolah semakin sepi karena hanya diisi dengan kelas 12, dan semua murid kelas 12 ada yang sedang menghafal juga sedang melakukan praktek. Berpencar tak keruan, sehingga terlihat sangat sepi sekali sekolah ini.

" Van, ini untuk kamu. Dimakan ya nanti disana " ucapku sembari memberi sandwich kepada Ivan
" Kamu simpen aja dulu, nanti pulang nonton drama aku ambil " jawab Ivan terburuburu
" Oh yaudah " gumam ku kecewa
" Aku pergi dulu ya, kamu semangat ujiannya " gumam Ivan mengelus kepalaku

Langkah demi langkah, aku perhatikan. Betapa aku merindukanmu, menatapmu seperti ini saja sudah cukup untukku.

Mobilpun satu persatu mulai pergi, dan aku terus menyimaki mobil yang dinaiki Ivan.
" Semoga selamat sampai tujuan " gumam ku dalam hati

*Drrrrrtttt
Ponsel ku bergetar saat sedang duduk santai didepan kelas, karena sudah melaksanakan semua ujian praktek hari ini jadi aku bisa berleyeh leyeh.

📨 Hai sayang

Saat aku melihat pesan masuk, aku terkejut karena Ali teman sekelas Ivan tibatiba mengirimku Direct Massage dengan kata sayang.
Dan sebelum aku membalasnya, tibatiba Ali mengirimku foto.

📨 Hai juga
Balas ku kepada Ivan, melalui chatnya Ali.

Setelah itu ponselku mati, karena habis baterai. Dan kebetulan Fuji mengajak ku ke ruang UKS, untuk bersantai.

" Ziz kenapa di sini? Gak ikut nonton? " sesampainya di UKS, Fuji bertanya kepada Aziz teman dekat Ivan
" Engga ah teh " jawab Aziz yang sedang duduk sembari memainkan ponsel

" Eh Ziz, aku mau nitip sandwich buat Ivan dong. " ucap ku kepada Aziz
" Boleh teh " gumam Aziz ramah
" Sebentar " ucapku

Aku berjalan menuju kelas, untuk mengambil sandwich yang ada di dalam tas ku. Hujan, membuat langkah ku sangat berhati hati. Entah kenapa perasaanku terus menerus gelisah, seperti ada sesuatu yang terjadi tapi aku tidak mengetahuinya.

Setelahnya mengambil sandwich aku segera kembali ke UKS.
" Ini, aku simpen disini ya. Makasih sebelumnya " gumam ku, menyimpan misting diatas tas milik Aziz.

Pada saat di UKS, aku terus menatap keluar tepat dipintu keluar sembari duduk.
Kegelisahan sangat mengganggu ku, aku ingin segera membuka ponsel ku tapi anehnya ada rasa takut untuk membukanya. Yang aku lakukan hanya memerhatikan hujan yang sedari tadi tak henti.

Aku rindu, Ivanku.

Hari menuju sore,
Aku keluar dari UKS berjalan menuju kelas sembari mengaktifkan ponsel.
Saat sampai di kelas, aku duduk sembari membuka ponsel dan mengecek BBM.

*Drrrrrt
*Drrrrrt
*Drrrrrt

Banyak sekali pesan masuk,
Tapi anehnya,
Pesan yang masuk dari anak kelas 10 dan kelas 11 semua.
Perasaanku mulai tidak keruan.
Satu persatu aku mulai membuka chat dari mereka.
Aku terkejut.
Menganga sembari memegang mulut dan menahan tangis, aku menunjukan chat tersebut kepada fuji.

" Gamau, gakuat " ucapku kepada Fuji
" Astagfirullah, sinting !!! Apaan maksudnya ini " ketus Fuji
" Apa si? Ada apa? Ini si Laura kenapa lagi? " tanya Widi khawatir sekaligus penasaran
" Ini si Ivan sinting, masa jaket couple sama si Laura dipinjemin ke si siti " ketus Fuji
" Anjir, sabr Ra sabar. Nanti pas mereka pulang langsung labrak aja " gumam Widi

Aku terisak isak, sampai dada ku sakit dan mulai sesak. Asma ku pun kambuh, semua orang mulai cemas.

Isakku membuat sesak,
Dada ku terlalu sakit oleh luka yang mencekik.
Kau,
Mendua.
Aku,
Terdusta.
Kau,
Bahagia.
Aku,
Terluka.
Ini menyakitkan, lebih dari apapun.

Fuji sibuk memegang ponsel ku, dan menanyakan tentang bagaimana Ivan kepada mereka mereka yang mengirimiku foto Ivan bersama Siti. Sedangkan yang lainnya, mengurusi ku yang sedang sesak.

Situasi semakin tak terkendali, aku sudah sangat frustasi. Baru saja tadi pagi aku berbicara dengan Ivan, dan kemudian Ivan dengan seenaknya berduaan dengan Siti saat hujan dilokasi yang sangat jauh dari jangkauan ku.

" Anak anak lagi dijalan, sebentar lagi sampe " gumam Fuji kepadaku

Ah syukurlah, aku mulai tenang.
Kondisi ku pun sudah mulai membaikan, semua orang terlihat sangat khawatir. Dan lagi matalu sangat sembab, muka ku memerah.

" Nah pada nyampe, mana mana si siti cari sama si Ivan juga " ucap Fuji sibuk mencari Ivan

Terdemgar suara kaki berlari, seseorang datang dengan banyak.
" Teteh gimana, gak kenapa kenapa kan? " tanya adik kelas yang mengkawatirkan aku
" Tadi tuh pas ujan, si Ivan tibatiba sama si Siti. Da semuanya teh neduh, terus ada yang bilang bukannya itu pacar teh Laura ya. Nah terus di foto aja, dikirim ke teteh " cerita seseorang mewakilkan, dan aku hanya diam sembari menangis.
" Tapi si Siti udah pulang barusan aku liat sama bapak nya, tapi engga pake bomber Ivan " lanjut temannya

Aku melihat Ivan dari arah kelas, Ivan seperti sedang mencari seseorang didepan UKS. Entah Siti yang Ivan cari, atau justru aku. Entahlah, ini menyakitkan.

" Mau pulang " gumam ku kepada Fuji dengan nada lemas
" Nanti aja, sebentar lagi " ucap Fuji hawatir
" Sekarang aja " paksa ku
" Tapi bisa? Gak apapa kalau naik angkut? " tanya Fuji memastikan
" Iya " jawabku melas
" Yaudah, ayo "

Fuji menuntun ku yang sedang lemas, aku merasa tidak enak kepada Fuji karena sudah direpotkan.
Sembari jalan, aku mencuri curi pandang kepada Ivan. Tapi Ivan tidak melihat kearah ku, syukurlah.

******************************************

Malam pun tiba, Ivan mengirimiku pesan. Tapi tak aku balas, aku sedang kehilangan mood untuk berinteraksi bersama ivan.

📨De, kenapa?
* Pesan masuk dari ka Bara *

📨Ivan ka
📨Kenapa lagi dia
📨Bomber yang aku beli buat dia, dipake siti. Anjing gak si dia gak ngehargain apa yang aku kasih :')
📨Haha, naha?
📨Engga tau ka, sakit
📨Ah da kamu mah
📨Apa?
📨Udah tau dia begitu, masih dipertahanin
📨Udah gak akan
📨Asli?
📨Asli ka udah gak mau, maunya bahagia
📨Haha iya nanti aku bahagiain
📨Ayo, sekarang pacaran
📨Eh belum ketemu, harus langsung
📨Gak apa, nanti ketemu
📨Ya udah, oke

Saat itu juga aku dan Bara berpacaran, aku terlalu gegabah oleh luka. Tapi yasudah, sebaiknya jalani saja dulu.

Hari hari setelahnya, aku bahkan masih belum berdamai dengan luka kemarin yang Ivan buat.

Bara, dia baik, sangat baik. Tapi hatiku tidak sama sekali membuka jalan untuk dia masuk, untuk dia berinteraksi dengan ku.
Kita memang pacaran, tapi anehnya aku tak menginginkan temu. Tak menginginkan sebuah pesan darinya, tak menginginkan panggilan-panggilan darinya. Aku, tak menginginkan dia.

Aku canggung dengannya, pada beberapa hal yang membuatnya nyaman. Maaf, aku naif.

" Ra, aku takut " ucap Bara setelah beberapa hari jadian
" Takut apa ka? " tanya ku memastikan
" Takut gak bisa buat kamu bahagia"
" Bahagia, sudah Tuhan atur. Jangan takut, aku pasti bahagia "
" Mm iya semoga ya Ra "
" Iya semoga "
" Tapi, takut balik sama yang dulu "
" Ivan maksudnya ? "
" Iya "
" Kali ketiga gak akan indah, kali kedua kemarin bareng Ivan udah buat aku sakit dan trauma untuk kembali "
" Iya aku tahu, tapi rasa takut tetep ada. Meskipun kamu, tidak menginginkan kembali "
" Jangan takut "
" Kenapa? "
" Takut akan merusak rencana bahagia "
" Gimana gak takut? Kamu masih menggunakan wallpaper Ivan di ponsel kamu, kamu juga masih sering update tentang Ivan "
" Ok aku salah, aku minta maaf Bar "
" Bukan salah "
" Terus? "
" Kamu belum sepenuhnya moveup "
" Aku pernah bilang sama kaka, kalau aku suka sama seseorang bukan berarti akan mudah melupakan semua hal yang sudah terjadi "
" Iya, tidak mudah melupakan. Itu yang selalu mengganggu fikiranku, mungkin. Kamu masih butuh dia "
" Ka, bayangkan. Dua tahun yang lalu, aku susah untuk ngelupain mantanku. Terus dengan tiba-tiba Ivan datang ke kehidupanku, dia buat aku bisa kembali jatuh cinta dengan percaya diri. Dan setelah itu, dia juga yang kembali membuat hatiku patah. "
" Iya, aku paham. Cewe sama cowo memang beda "
" Aku harap kaka memaklumi, aku cuma gak mau jadi pengecut untuk yang kedua kalinya karena harus menjadikan orang lain sebagai pelarian "
" Iya sayang, aku paham. Aku cuma takut, kamu tibatiba menghilang tanpa kabar "
" Aku gak sejahat itu Bar "

Bara memeluk ku, dia bilang " Jangan pergi, jangan membuat aku takut "

Aku sadar, aku tidak jatuh cinta. Tapi berusaha membuat Bara percaya diri, bahwa aku akan ada untuknya. Meski tidak dengan hatiku, maaf Bar maaf.

Bahu seperti apa yang nyaman untuk disandari?Aku butuh tempat yang paling nyaman untuk aku berteduh.Satu tahun sudah berlalu,Aku menjadi candu masa lalu,Aku lelah,Aku butuh tempat menenangkan,Aku butuh seseorang,Aku butuh sandaran.
Seringkali aku mengemis kepada Tuhan,Untuk mengirimiku malaikat yang bisa membantuku menjadi kuat dari luka-luka masa lalu.
Aku,Menyedihkan. 

" Pulang sekolah ada acara? " tanya bara memastikan
" Engga, kenapa? "
" Kita nonton ya "
" Boleh "

Sekolah yang hampa, dengan fikiran yang melulu mengajak pulang. Aku bosan sendiri, tidak. Maksudku, aku merasa sendiri tanpa Ivan.
Semenjak hari lalu, aku menjadi canggung dengan Ivan. Melihat dan bertatap dengan nya, hanya akan membuat aku marah dan kesal.

Aku rindu, tapi aku marah.

Sorepun tiba, setelah pulang sekolah aku bergegas mandi dan mempersiapkan baju apa yang akan aku pakai untuk ngedate yang pertama kalinya dengan Bara nanti malam.

Meskipun aku gak suka Bara, setidaknya aku harus berkesan menarik didepan Bara.

" Sudah siap? " tanya Bara melalui telpon
" Sudah "
" Aku jemput sekarang ya "
" Iya, hatihati "

Tak lama aku menunggu, Bara sudah ada di depan gerbang rumah.
Dalam perjalanan aku merasa tidak nyaman, aku merasa canggung. Mungkin karana ini pertama kalinya kita jalan, kebanyakan orang pasti merasakan canggung yang sama ketika first date.

Kami bahkan belum tahu akan menonton apa pada saat itu, padahal biasanya saat aku dengan Ivan ngedate kami selalu membuat planning terlebih dahulu.

Setibanya kami di Braga mall, kami berjalan terburu karana mengejar tayang. Yang katanya film yang akan di tonton sudah dimulai, kata Bara.
Aku tidak tahu film apa yang bara maksud, tapi pada akhirnya kami kembali memilih film apa yang akan kami tonton.
Dan kamipun sepakat untuk menonton film London love story 2, kebetulan jam tayangnya akan dimulai setengah jam lagi.

Kami duduk di kursi dekat studio film, disana suasana menjadi dingin karana gugup. Aku bingung, harus memulai percakapan atau tetap diam.

" Gimana tadi di sekolah? " tanya Bara mencairkan suasana
" Gitu-gitu aja "
" Dulu, waktu angkatan kaka. Pemantapan itu dari jam 05:00 sampe 17:00, full time. Gak ada waktu buat main, atau apa. " gumam Bara bercerita
" Tapi kaka bawa santai, kalo dibawa serius nanti pebaliut jadinya stres "
Aku diam dan terus menyimak ceritanya
" Malah kaka suka kabur di jam pemantapan sore, males soalnya, ngantuk " lanjutnya beruntun

*Mohon perhatian Anda, pintu teater 2 telah dibuka

" Ayo " ajak Bara meraih tangan ku dan menggenggamnya kemudian.

Kami berjalan menerusuri tempat duduk, kemudian duduk dengan posisi Bara di pojok dan aku disampingnya.

Saat film sudah dimulai, aku dan Bara benar benar fokus. Tidak ada gertakan darinya, atau sekadar mengajak ngobrol membahas tentang film nya saja tidak.

******************************************

Seusainya menonton film, kami langsung beranjak pulang. Tanpa makan atau mampir ke tempat lain.
Dalam perjalanan pulang, aku memegang jaket Bara dari sisi samping. Karena Bara membawa motor dengan kecepatan yang lumayan, atau bisa disebut ' Ngebut ' .

Tibatiba tangan Bara menyelinap dan meraih tanganku untuk menyengaja memeluknya, dia menarik dengan baik tanpa paksaan.

Ivan, maaf ini bukan aku yang mau.
Aku canggung, ingin menolak tapi takut Bara merasa tersinggung.
Maaf Ivan, aku janji ini untuk yang terakhir kalinya.

Aku tak berhenti menggumam dalam hati, aku merasa sangat gelisah. Bagaimana jika Ivan tau?
Ah sial, aku terjebak dalam situasi semacam ini.

Perjalanan menuju pulang terasa lama, padahal dari Braga menuju rumahku tidak terlalu jauh.
Pelukan itu, aku malah menganggap bukan Bara yang aku peluk.
Aku memikirkan Ivan sepanjang hari, aku rindu sekaligus takut Ivan mengetahui ini.

" Terima kasih untuk barusan " Ucap bara
" Iya samasama "
" Udah ini bersih bersih, langsung tidur. Jangan main hp, ya? "
Aku mengangguk pertanda setuju.

Bara menyalakan motornya dan menunggu aku masuk kedalam rumah, saat aku melihat dibalik jendela bara sudah tidak ada.

Hari ini melelahkan,
Hati ku,
Sangat lelah.

Pada sore itu, barangkali luka tak membutuhkan penawar agar lekas sembuh. Lebih dari sakit, hati sampai mati, tak menginginkan sedikitpun memberi ruang untuk siapapun. Tapi aku gegabah, Bara, menjadi satusatunya pelarianku.

Aku tidak tahu, harus menyesal atau tidak dengan tindakan seperti ini.
Aku memikirkan Ivan sepanjang hari, tapi apa Ivan memikirkan ku juga?
Dia bahkan tidak memberiku kabar.

Ivan, kenapa jadi begini?

Aku merebahkan badan diatas kasur, aku mengantuk.

Selamat tidur Ivanku, sayangku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pelarianku - Soktavia

Pelarianku Prolog Teruntuk kamu yang telah mau dengan ku, terima kasih karena sudah mau. Jangan menginginkan ku kembali, kumohon. Kar...